Kemarin, matahari benar tersenyum lebar
Bersinar menyapu seluruh bagian planet bumi
Memesona
Burung-burung berkelahi dengan kicauan merdu
Kemudian hinggap pada dahan pohon rindang
Menjadikan rumah
Menjadikan istana
Bersandar dan bercumbu bersama dalam sangkar
Putih, damai.
Hari ini, matahari benar bersedih panjang
Mendung menyambar pohon rindang
Berguguran
Bertaburan
Dikoyak kerasnya angin
Burung-burung pamit pergi
Dihembus angin, kicauan terbius sepi
Tinggalkan luka
Tinggalkan duka
Hitam, pekat.
Thursday, 18 December 2014
Wednesday, 19 November 2014
Hai, Raja.
Sekitar pukul 00:30WIB, Rabu 19 November 2014. Efek minum kopi tadi sore, kena imbas sampek jam segini belum tidur dan gak mau merem. Bingung mau ngapain, jadi mending publish tulisan di blog yang gak terlalu penting. Tapi tak apalah, inspirasi malem-malem kadang suka banyak yang hinggap, haha. Cmon, start.....
Rasa ini menyiksa, Raja, menyesakkan dada, Raja, begitu juga membuat kegaduhan yang amat berisik, Raja. Mendesak, menyelusup, mencabik-cabik bagian asa yang seringkali rapuh. Faham ataupun tidak, sejujurnya tidak. Berani mencintai, dan berani membuka hati untuk sosok asing yang seringkali hinggap lalu bersemayam, tapi kemudian pergi dan hilang entah kemana seperti lupa ingatan atau lupa jalan pulang, atau bahkan lumpuh saat perjalanan. Bodoh, benar-benar bodoh. Mudah mencintai namun sulit melupakan. Sering sesering-seringnya seperti itu.
Raja, kamu tau? Betapa perihnya menyayat luka yang belum lama sembuh. Sedetik tertutup kemudian terbuka kembali, pahit! Cucuran darah berlumuran diatas permukaan, terinjak, terlunta, tersapu oleh tetesan air mata yang lebih deras. Mengalahkan kepedihan lama, ataupun kepedihan yang baru saja ku buat sendiri.
Hai, kau ingat saat kau pertama kali hinggap disini? Raja? Manis layaknya gula merah bercampur susu coklat yang menggiurkan lidah, tapi, apa, terlalu manis! Membuat mual! Ingin muntah rasanya. Yang manis kadang menjadi pahit, kemudian menilik dengan teliti, manis kembali, satu detik kemudian benar pahitnya. Ah. Apaan itu! Labil. Lama-lama tidak berasa, hambar, tidak menggiurkan lagi, tidak ingin mencicipinya lagi. Kapok.
Bodoh bukan apabila aku merindukan kelabilan itu? Haha. Raja. Namamu masih terpatri disini. Ya, disini. Meski hari ini aku tak tahu ragamu entah sedang berkeliaran dimana.
Sedang mencari rumah yang lebih baik dan lebih layak untuk kau singgahi, barangkali. Atau kau sudah tepat menemukannya, aku tak tahu. Dan sebenarnya aku tidak ingin memperdulikannya, Raja. Tapi bodohnya, asa yang selalu rapuh ini selalu ingin bertanya dan mencari jawabannya. Kapan ragamu akan kembali pulang? Kembali bersemayam, meskipun hanya sesaat lalu pergi lagi, hilang lagi, jauh lagi, lumpuh saat diperjalanan lagi. Biar, aku tak apa. Baik. Tanyaku, apakah rumahku akan menjadi tempat persinggahan terakhirmu nanti, atau hanya tempat peristirahatanmu, saja?
Pernah aku berjanji untuk tidak akan memperdulikanmu lagi, Raja, tapi apa, pada ujungnya aku tidak menemukan titik temu yang pasti. Hanya kembali pada bayangan masalalu lagi yang sesungguhnya hanya sketsa, sketsa yang tidak akan pernah menjadi gambar utuh dan nyata. Kurasa, itu. Maafkan rasa ini, Raja, Aku hanya ingin menjadi Ratu-mu saja, meski hanya sekejap.
Rasa ini menyiksa, Raja, menyesakkan dada, Raja, begitu juga membuat kegaduhan yang amat berisik, Raja. Mendesak, menyelusup, mencabik-cabik bagian asa yang seringkali rapuh. Faham ataupun tidak, sejujurnya tidak. Berani mencintai, dan berani membuka hati untuk sosok asing yang seringkali hinggap lalu bersemayam, tapi kemudian pergi dan hilang entah kemana seperti lupa ingatan atau lupa jalan pulang, atau bahkan lumpuh saat perjalanan. Bodoh, benar-benar bodoh. Mudah mencintai namun sulit melupakan. Sering sesering-seringnya seperti itu.
Raja, kamu tau? Betapa perihnya menyayat luka yang belum lama sembuh. Sedetik tertutup kemudian terbuka kembali, pahit! Cucuran darah berlumuran diatas permukaan, terinjak, terlunta, tersapu oleh tetesan air mata yang lebih deras. Mengalahkan kepedihan lama, ataupun kepedihan yang baru saja ku buat sendiri.
Hai, kau ingat saat kau pertama kali hinggap disini? Raja? Manis layaknya gula merah bercampur susu coklat yang menggiurkan lidah, tapi, apa, terlalu manis! Membuat mual! Ingin muntah rasanya. Yang manis kadang menjadi pahit, kemudian menilik dengan teliti, manis kembali, satu detik kemudian benar pahitnya. Ah. Apaan itu! Labil. Lama-lama tidak berasa, hambar, tidak menggiurkan lagi, tidak ingin mencicipinya lagi. Kapok.
Bodoh bukan apabila aku merindukan kelabilan itu? Haha. Raja. Namamu masih terpatri disini. Ya, disini. Meski hari ini aku tak tahu ragamu entah sedang berkeliaran dimana.
Sedang mencari rumah yang lebih baik dan lebih layak untuk kau singgahi, barangkali. Atau kau sudah tepat menemukannya, aku tak tahu. Dan sebenarnya aku tidak ingin memperdulikannya, Raja. Tapi bodohnya, asa yang selalu rapuh ini selalu ingin bertanya dan mencari jawabannya. Kapan ragamu akan kembali pulang? Kembali bersemayam, meskipun hanya sesaat lalu pergi lagi, hilang lagi, jauh lagi, lumpuh saat diperjalanan lagi. Biar, aku tak apa. Baik. Tanyaku, apakah rumahku akan menjadi tempat persinggahan terakhirmu nanti, atau hanya tempat peristirahatanmu, saja?
Pernah aku berjanji untuk tidak akan memperdulikanmu lagi, Raja, tapi apa, pada ujungnya aku tidak menemukan titik temu yang pasti. Hanya kembali pada bayangan masalalu lagi yang sesungguhnya hanya sketsa, sketsa yang tidak akan pernah menjadi gambar utuh dan nyata. Kurasa, itu. Maafkan rasa ini, Raja, Aku hanya ingin menjadi Ratu-mu saja, meski hanya sekejap.
Monday, 10 November 2014
Diamku Adalah Mengagumi
Aku tak paham mengapa aku sangat lancang telah berani mengagumimu, tapi butuh diakui bahwa itulah kenyataannya, sungguh. Hanya saja, aku hanya berani mengagumimu dalam diam, sunyi, dan senyap. Tidak perduli seberapa sepinya memandangimu hanya dalam diam seperti ini, karena aku menikmatinya, sungguh. Selayaknya berayun dalam dendang tanpa lagu, bermimpi dalam keramaian damai, menari dalam kesepian hati, berbincang dengan bayangan semu, menatap kehitaman murka. Tak apa, aku baik-baik saja. Meskipun sesekali itu terasa menyesakkan dada, menyiksa batin dan asa, berapi-api dalam kobaran raga tak bernyawa, karena terpaksa harus menahan rindu yang seringkali menyergap dikala sendiri secara tiba-tiba, menahan keinginan untuk menggenggam erat kedua tanganmu meskipun dalam khayal, memendam harapan yang tersisa ketika ingin menyaksikan pancaran kedua bola mata itu. Tapi, sejatinya semua itu akan terobati tatkala teringat suatu hal yang seringkali menjadikan kita merasa satu, setidaknya aku pernah menatapmu ketika kau menatapku juga, aku pernah berbincang denganmu ketika kau menceritakan hal-hal lucu tentang siapapun di sekitaran, bahkan aku pernah tertawa dan bersenda gurau bersamamu meskipun tidak sesering kamu mengabaikanku. Tak apa, itu sudah sangat lebih dari cukup bagiku. Perlu kamu ketahui, ketika semua leluconmu yang seringkali membuatku tertawa itu adalah waktu yang sangat tepat untuk aku berani menatapmu lebih dalam. Seringkali aku terpaku disitu. Ingin memberhentikan waktu namun tidak mampu, ingin menatapmu lebih lama namun detik berlalu begitu deras sederas aliran darahku tatkala berada di dekatmu. Ahh, pada intinya aku mengagumimu dalam diamku. Harapku, semoga kamu segera membuka mata dan melihat indahnya dunia, denganku. Ingat, jangan terlalu lama menutup matamu, sayang, itu gelap dan menyeramkan.
Saturday, 8 November 2014
Titik Paling Akhir.
Lagi, dan lagi. Cucuran air mata deras
mengalir melewati meronanya pipi. Aliran deras air mataku tidak seberapa dengan
derasnya kepingan hati ini, yang berjatuhan, terinjak, terlunta-lunta, hingga
benar-benar pecah, berceceran di atas muka, tak tersisa. Dan tak mampu untuk
utuh kembali. Kali ini, rasanya benar-benar sakit. Seperti ada yang sedang
menghujam jantungku, meremas-remas seluruh organ dalamku. Tapi, sakit ini di
dalam, ya.. di dalam, tak terlihat oleh kasat mata. Menusuk dan merasuk
kesedihan diantara kesedihan yang paling dasar. Teguran petir itu menyambar
seketika, mengundang kegelapan, menyapa angin kencang, hingga membawa sang
hujan... menggugurkan dedaunan usang, hingga membawaku kedalam keramaian murka.
Malam yang benar-benar kejam!!!
Melihat dan mendengar sesuatu yang tidak diinginkan, sesuatu yang paling menyedihkan, bahkan sesuatu yang paling ampuh untuk mematikan seluruh ragaku. Kali ini ku rasa adalah titik paling akhir, dimana aku sudah tidak mempunyai banyak cadangan hati lagi. Semuanya sudah hancur, keropos, pecah, dan tak bersisa. Sekarang, bagaimana aku bisa hidup, kembali? Tidak kasihankah kalian padaku, ayah,... ibu?
Melihat dan mendengar sesuatu yang tidak diinginkan, sesuatu yang paling menyedihkan, bahkan sesuatu yang paling ampuh untuk mematikan seluruh ragaku. Kali ini ku rasa adalah titik paling akhir, dimana aku sudah tidak mempunyai banyak cadangan hati lagi. Semuanya sudah hancur, keropos, pecah, dan tak bersisa. Sekarang, bagaimana aku bisa hidup, kembali? Tidak kasihankah kalian padaku, ayah,... ibu?
Tuesday, 28 October 2014
SAJAK: Dibawa Palid
Tugas sekolah yang sedikit unik, tugas bahasa sunda. Membuat sajak/puisi dalam bahasa sunda menggunakan huruf awalan nama kita masing-masing. Ini karyaku:
DIBAWA PALID (WULANDA INTAN)
Wakca anu harita
Urang duaan silih asih silih mikacinta
Lir nu enya meungkeut kadeudeuh
Anjeun eunteup jangji moal ingkah
Netelakeun kuring jeung anjeun boga rasa
Duriat geus nanceub pageuh
Asih harita hamo aya duana
Isarat hate mimiti tumanya
Naha sikep anjeun jadi beda
Tumarima kuring tumarima
Asa anjeun dibawa palid ku kaasih nu sejen
Naha anjeun tega ngadua cinta?
DIBAWA PALID (WULANDA INTAN)
Wakca anu harita
Urang duaan silih asih silih mikacinta
Lir nu enya meungkeut kadeudeuh
Anjeun eunteup jangji moal ingkah
Netelakeun kuring jeung anjeun boga rasa
Duriat geus nanceub pageuh
Asih harita hamo aya duana
Isarat hate mimiti tumanya
Naha sikep anjeun jadi beda
Tumarima kuring tumarima
Asa anjeun dibawa palid ku kaasih nu sejen
Naha anjeun tega ngadua cinta?
Friday, 3 October 2014
Bola Mata Itu
Detik itu kurasa biasa saja, saat kedua bola matamu menatapku juga biasa saja. Berawal dari yang biasa saja, bola matamu mulai menatapku menjadi lebih berarti. Banyak makna yang seharusnya mampu aku artikan. Bola matamu berusaha mencari dan mendaki beberapa hal tentangku dan berusaha mencari perhatianku. Bola matamu mulai berani menatapku tidak dengan cara yang biasa saja. Bola matamu berusaha membuat matahariku bercahaya lebih terang dari biasanya, bola matamu juga selalu berusaha memperbaiki jembatanku yang sering kali roboh tertimpa angin hebat. Aku mulai menyukaimu, tidak dengan cara yang biasa saja. Aku menyukai bola matamu dalam diam dan dalam kebisuan waktu. Selanjutnya, aku mulai merasakan getaran jantung yang lebih cepat dan hebat. Apakah aku mencintaimu? Setelah beberapa waktu yang aku lalui tidak pernah kosong denganmu, aku merasakan getaran itu semakin hebat dan akhirnya semakin membuncah menjadi sebuah perasaan yang belum mampu aku sampaikan. Bola mata itu, sepertinya sangat mampu menyerap dan merasuki seluruh arti daripada kehidupanku. Indah, bercahaya, dan aku harap mampu untuk menatapku selamanya.
Heran aku, bola mata itu perlahan menjauh ketika bola mataku mulai mendekat. Fikiranku pekat, apakah bola matamu telah menemukan bola mata lain yang lebih indah? Menemukan bola mata yang lebih mampu mengartikan seluruh makna yang ingin kamu capai? Entahlah. Yang lebih jelas, bola mata itu perlahan pergi dan hingga akhirnya benar-benar menghilang. Ini juga benar-benar berakhir dengan yang tidak biasa. Salahku.
Heran aku, bola mata itu perlahan menjauh ketika bola mataku mulai mendekat. Fikiranku pekat, apakah bola matamu telah menemukan bola mata lain yang lebih indah? Menemukan bola mata yang lebih mampu mengartikan seluruh makna yang ingin kamu capai? Entahlah. Yang lebih jelas, bola mata itu perlahan pergi dan hingga akhirnya benar-benar menghilang. Ini juga benar-benar berakhir dengan yang tidak biasa. Salahku.
Wednesday, 1 October 2014
CARPON:Cikahuripan
Ini merupakan salah satu carpon karangan Saya ketika masih duduk di bangku sekolah dasar guys. Haha, lets check it out:))))
Hiji wanci anu hade kalayan dibarengan ku cuaca sing sarua alus bengras taya aling-aling siga anu nyatujuan kana lengkah ieu suku pikeun anjog kana salah sahiji desa di hiji palemburan anu kaasup lembur anu sing sarua resikna jeung endahna. Anu kaasup lembur, Desa eta anu bakal dituju ku kuring teh nyaeta anu katelahna Desa Cikahuripan ditatar pasundan di sabudeureun suku Gunung Tampomas.
Mun aranjeun atawa saha wae anu pernah ngalaman ulin atawa nyorang ka padesaan, bakal semu betah lamun pernah nyorang oge ka desa Cikahuripan ieu. Lain pedah desana padeukeut jeung puseur dayeuh, lain pedah desana jadi jembatan panyambung keur menuju ka desa-desa lain. Namung aya hiji kaunggulan desa ieu nyaeta desa anu bisa nyiptakeun kasejahteraan rahayatna ku hasil bumi jeung tatanenna.
Rahayatna hirup kumubuh babarengan nyiptakeun kaamanan, katartiban, kaberesihan, oge sok milu nunjang kana program-program anu dikudukeun ti pamarentah.
Oge aya deui kaleuwihan desa ieu teh salain ti endah alamna, lingkunannana rareusik, aya hiji tempat anu soka pada ngajugjug ku jalma ti anggangna nyaeta aya cai anu bisa jadi obat, dijieun panyinglar hiji-hijina panyakit nyaeta cai anu ngocor terus ti pagunungan, meureun pedah aya di sabudeureun kampung Cikahuripan.
Angin ngahiliwir neumbak kanu pepelakan dina jalan satapak anu ku kuring keur dilampah. Luak-leok ka sabudeureun pilemburan anu dihias ku hejo ngemplok ku pepelakan tatanen para patani.Ti suku Gunung Tampomas ngalir cai walungan anu nyaian tatanen eta. Estu nambahan kaendahan alam Cikahuripan di tanah pasundan sisi Gunung Tampomas ieu.
Salian ti maksud pikeun ngayakeun panalungtikan tugas ti sakola jeung babaturan, kuring oge aya maksud pikeun nyobaan hasiat jeung kagunaan cai eta, anu ahirna rek dibuktikeun bener henteuna cai eta aya hasiatan.
Samemeh anjog kanu dituju nyaeta tempat Cikahuripan eta, geuning kaayaan pilemburna bener-bener rame seueur pangunjung ti jalma-jalma luar daerah. Hal ieu meureun nu ngajadikeun eta Desa Cikahuripan teh desa anu kajojo, kawentar ka sabudeureun daerah.
Anu ngajadikeun Desa Cikahuripan salian ti pendapatanna tina hasil tani, oge tina hasil sumbangan ti para pengunjung da geuning sabudeureun cai Cikahuripan teh dipager di tata reujeung diurus ku pangurus sesepuh desa. Anu hasilna sanes ti saukur lumayan.
Aya oge geuning saratna pikeun nyokot cai Cikahuripan eta teh, nyaeta kedah gaduh wudhu, tong leuwih ti saaqua botol. Ieu nandakeun yen urang teh kedah suci salawasna upama aya maksud, sareng nandakeun yen urang kudu inget ka batur salian ti urang anu pada-pada ngabutuhkeun.
Saenggeusna kuring boga sabotol aqua masing-masing, rombongan kuring mulang, anu saterusna rek nalungtik hasiat cai eta di sakola
Ieu mangrupakeun pangalaman anu bersejarah pikeun kuring jeung babaturan. Salian ti kaendahan pilemburan Cikahuripan teh geuning masih seueur panunjang-panunjang sejenna anu ngajadikeun desa eta maju, makmur, kakoncara ka mana-mana.
Ku ayana kitu hayu urang sadayana piara, urus kaendahan desa urang, kampung urang supaya kaendahan sareng kakayaannana tetep jadi milik jeung primadona urang sadayana. Sabab, kusaha deui tempat lingkungan urang diurusna lamun lain ku urang sorangan.
Hiji wanci anu hade kalayan dibarengan ku cuaca sing sarua alus bengras taya aling-aling siga anu nyatujuan kana lengkah ieu suku pikeun anjog kana salah sahiji desa di hiji palemburan anu kaasup lembur anu sing sarua resikna jeung endahna. Anu kaasup lembur, Desa eta anu bakal dituju ku kuring teh nyaeta anu katelahna Desa Cikahuripan ditatar pasundan di sabudeureun suku Gunung Tampomas.
Mun aranjeun atawa saha wae anu pernah ngalaman ulin atawa nyorang ka padesaan, bakal semu betah lamun pernah nyorang oge ka desa Cikahuripan ieu. Lain pedah desana padeukeut jeung puseur dayeuh, lain pedah desana jadi jembatan panyambung keur menuju ka desa-desa lain. Namung aya hiji kaunggulan desa ieu nyaeta desa anu bisa nyiptakeun kasejahteraan rahayatna ku hasil bumi jeung tatanenna.
Rahayatna hirup kumubuh babarengan nyiptakeun kaamanan, katartiban, kaberesihan, oge sok milu nunjang kana program-program anu dikudukeun ti pamarentah.
Oge aya deui kaleuwihan desa ieu teh salain ti endah alamna, lingkunannana rareusik, aya hiji tempat anu soka pada ngajugjug ku jalma ti anggangna nyaeta aya cai anu bisa jadi obat, dijieun panyinglar hiji-hijina panyakit nyaeta cai anu ngocor terus ti pagunungan, meureun pedah aya di sabudeureun kampung Cikahuripan.
Angin ngahiliwir neumbak kanu pepelakan dina jalan satapak anu ku kuring keur dilampah. Luak-leok ka sabudeureun pilemburan anu dihias ku hejo ngemplok ku pepelakan tatanen para patani.Ti suku Gunung Tampomas ngalir cai walungan anu nyaian tatanen eta. Estu nambahan kaendahan alam Cikahuripan di tanah pasundan sisi Gunung Tampomas ieu.
Salian ti maksud pikeun ngayakeun panalungtikan tugas ti sakola jeung babaturan, kuring oge aya maksud pikeun nyobaan hasiat jeung kagunaan cai eta, anu ahirna rek dibuktikeun bener henteuna cai eta aya hasiatan.
Samemeh anjog kanu dituju nyaeta tempat Cikahuripan eta, geuning kaayaan pilemburna bener-bener rame seueur pangunjung ti jalma-jalma luar daerah. Hal ieu meureun nu ngajadikeun eta Desa Cikahuripan teh desa anu kajojo, kawentar ka sabudeureun daerah.
Anu ngajadikeun Desa Cikahuripan salian ti pendapatanna tina hasil tani, oge tina hasil sumbangan ti para pengunjung da geuning sabudeureun cai Cikahuripan teh dipager di tata reujeung diurus ku pangurus sesepuh desa. Anu hasilna sanes ti saukur lumayan.
Aya oge geuning saratna pikeun nyokot cai Cikahuripan eta teh, nyaeta kedah gaduh wudhu, tong leuwih ti saaqua botol. Ieu nandakeun yen urang teh kedah suci salawasna upama aya maksud, sareng nandakeun yen urang kudu inget ka batur salian ti urang anu pada-pada ngabutuhkeun.
Saenggeusna kuring boga sabotol aqua masing-masing, rombongan kuring mulang, anu saterusna rek nalungtik hasiat cai eta di sakola
Ieu mangrupakeun pangalaman anu bersejarah pikeun kuring jeung babaturan. Salian ti kaendahan pilemburan Cikahuripan teh geuning masih seueur panunjang-panunjang sejenna anu ngajadikeun desa eta maju, makmur, kakoncara ka mana-mana.
Ku ayana kitu hayu urang sadayana piara, urus kaendahan desa urang, kampung urang supaya kaendahan sareng kakayaannana tetep jadi milik jeung primadona urang sadayana. Sabab, kusaha deui tempat lingkungan urang diurusna lamun lain ku urang sorangan.
Monday, 29 September 2014
Lysna, sahabatku.
Suatu pagi, ketika hujan rintik membasahi bumi kian lama, akhirnya hujanpun turun dengan derasnya. Aku terpaku, menatap jalan raya dihadapanku yang mulai macet karena jalan digenangi air hujan, licin dan menghambat laju kendaraan. Aku mulai beranjak dari tempat duduk halte, hujan tak menyurutkan niatku pagi ini untuk menemui sahabatku Lysna yang tempatnya agak jauh dari rumahku sekitar satu jam perjalanan jika ditempuk menggunakan kendaraan umum.
Ya, Lysna adalah sosok sahabat lamaku dulu semasa aku duduk di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Sembilan tahun lamanya kami bersahabat, suka duka selalu dirasakan bersama. Lysna bagiku bukan hanya sosok sahabat yang baik, tapi ia adalah sahabat yang selalu memahamiku dalam keadaan apapun. Namun, sekarang keadaan sudah lain, kami dipisahkan oleh jarak dan waktu yang memaksa kami untuk berpisah, sekarang kami menuntut ilmu di SMU berbeda tempat. Hingga suatu saat aku dikabari bahwa ia sekarang sedang mengalami sakit dirumahnya usai dirawat di rumah sakit. Karena situasi seperti itu, makanya aku berniat untuk menjenguknya pagi ini.
Sebentar lagi aku sampai di rumahnya, dari halaman rumahnya aku sudah mengucap salam. Terdengar dari dalam rumah ibu Lysna membalas salamku dan mempersilahkan aku untuk masuk.
"Maaf bu, saya dapat kabar Lys sakit. Sekarang bagaimana kabarnya? Saya mohon maaf bu baru menjenguknya sekarang." itu ucapku pada ibunya Lysna.
"Mari masuk, Nak. Lysna ada di kamar sudah tiga hari istirahat di rumah seusai dari rumah sakit, alhamdulillah sekarang udah agak mendingan kok." ucap ibu Lysna kepadaku.
Aku tak sabar, ingin segera menemui Lysna. Akhirnya kutemui Lysna di kamarnya yang seakan tergolek lemah. Aku tak sadar, kulempar tasku langsung mendapati Lysna yang sedang berbaring di kasur. Aku tak bisa berkata-kata, kupeluk Lysna erat-erat, ku cium dahinya penuh keakraban.
"Lys, maafkan aku. Aku jarang sekali menemuimu, dan sekarang aku baru datang ketika kamu sedang sakit."
"Gakpapa Ratih, aku juga paham dengan keadaan kita sekarang yang sibuk dengan urusansekolah kok." ucap Lys yang selalu bijak menyikapi.
"Aku kangen sama kamu, Lys." ucapku sedikit berkaca-kaca.
"Aku juga." Lys memelukku.
Tak terasa, hari beranjak sore. Cukup rasanya aku menumpahkan rasa kangenku pada Lysna, meski dalam keadaan sakit, kami berdua larut dalam cerita-cerita lama. Tapi aku bersyukur, Lysna sekarang kelihatan sudah agak sembuh. Untuk beberapa hari pasti sudah pulih kembali, semoga..
Kuputuskan untuk pulang, dan pamit pada Lysna dan keluarganya.
Sepanjang kepulanganku ke rumah tempat tinggalku, aku mulai memahami betapa pentingnya arti sebuah persahabatan. Karena dengan jalinan persahabatan, meski dipisahkan jarak dan waktu itu tidak menjadikan suatu halangan. Karena persahabatan yang dijalin dengan baik akan menumbuhkan sikap pribadi kita yang baik, yang akan dipelihara sampai akhir jaman.
Ya, Lysna adalah sosok sahabat lamaku dulu semasa aku duduk di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Sembilan tahun lamanya kami bersahabat, suka duka selalu dirasakan bersama. Lysna bagiku bukan hanya sosok sahabat yang baik, tapi ia adalah sahabat yang selalu memahamiku dalam keadaan apapun. Namun, sekarang keadaan sudah lain, kami dipisahkan oleh jarak dan waktu yang memaksa kami untuk berpisah, sekarang kami menuntut ilmu di SMU berbeda tempat. Hingga suatu saat aku dikabari bahwa ia sekarang sedang mengalami sakit dirumahnya usai dirawat di rumah sakit. Karena situasi seperti itu, makanya aku berniat untuk menjenguknya pagi ini.
Sebentar lagi aku sampai di rumahnya, dari halaman rumahnya aku sudah mengucap salam. Terdengar dari dalam rumah ibu Lysna membalas salamku dan mempersilahkan aku untuk masuk.
"Maaf bu, saya dapat kabar Lys sakit. Sekarang bagaimana kabarnya? Saya mohon maaf bu baru menjenguknya sekarang." itu ucapku pada ibunya Lysna.
"Mari masuk, Nak. Lysna ada di kamar sudah tiga hari istirahat di rumah seusai dari rumah sakit, alhamdulillah sekarang udah agak mendingan kok." ucap ibu Lysna kepadaku.
Aku tak sabar, ingin segera menemui Lysna. Akhirnya kutemui Lysna di kamarnya yang seakan tergolek lemah. Aku tak sadar, kulempar tasku langsung mendapati Lysna yang sedang berbaring di kasur. Aku tak bisa berkata-kata, kupeluk Lysna erat-erat, ku cium dahinya penuh keakraban.
"Lys, maafkan aku. Aku jarang sekali menemuimu, dan sekarang aku baru datang ketika kamu sedang sakit."
"Gakpapa Ratih, aku juga paham dengan keadaan kita sekarang yang sibuk dengan urusansekolah kok." ucap Lys yang selalu bijak menyikapi.
"Aku kangen sama kamu, Lys." ucapku sedikit berkaca-kaca.
"Aku juga." Lys memelukku.
Tak terasa, hari beranjak sore. Cukup rasanya aku menumpahkan rasa kangenku pada Lysna, meski dalam keadaan sakit, kami berdua larut dalam cerita-cerita lama. Tapi aku bersyukur, Lysna sekarang kelihatan sudah agak sembuh. Untuk beberapa hari pasti sudah pulih kembali, semoga..
Kuputuskan untuk pulang, dan pamit pada Lysna dan keluarganya.
Sepanjang kepulanganku ke rumah tempat tinggalku, aku mulai memahami betapa pentingnya arti sebuah persahabatan. Karena dengan jalinan persahabatan, meski dipisahkan jarak dan waktu itu tidak menjadikan suatu halangan. Karena persahabatan yang dijalin dengan baik akan menumbuhkan sikap pribadi kita yang baik, yang akan dipelihara sampai akhir jaman.
Saturday, 27 September 2014
Anda dan Saya.
Bayangkan, Anda melihat langit di halaman rumah Anda pada malam hari yang cerah dan langit dipenuhi bintang. Anda melihat diri Anda terbang ke luar angkasa dan dengan cepat Anda sudah melihat sistem tata surya. Anda melihat planet kecil berwarna biru tempat tinggal Anda. Lalu menjauhlah lagi melewati jutaan, miliaran tata surya lainnya. Sekarang Anda melihat galaksi Bima Sakti dengan miliaran tata surya. Anda melihat galaksi lainnya. Menjauhlah, lebih jauh lagi. Sekarang Anda melihat ratusan, ribuan, jutaan, miliaran galaksi di alam semesta. Ini baru sebagian alam semesta ciptaan Tuhan. Dimana bumi rumah kita? Ada dalam debu galaksi yang bernama Bima Sakti. Dimana negara Anda? Dimana kota tempat tinggal Anda? Dimana rumah Anda? Lihatlah betapa kecilnya manusia dibandingkan dengan alam semesta. Bagaimana mungkin saya berani membanggakan diri, menyombongkan diri. Bagaimana mungkin saya juga berani meremehkan diri sendiri. Saya adalah ciptaan Tuhan. Apakah ada yang lebih luar biasa lagi dari alam semesta? Ya, itulah Anda dan saya.
Monday, 20 January 2014
Domo-kun{}
About
Domo is a Japanese character often
pasted in to relevant or major scenes of disaster as the apparent cause
for destruction. Domo’s usage is very similar to the more contemporary Disaster Girl. He has grown to become a pop culture icon.
Origin
Domo-Kun (どーもくん Dōmo-kun) was initially the official mascot of Japanese television station NHK (日本放送協会, Nippon Hōsō Kyōkai). The station introduced the character in December 1998
with several stop-motion sketches made to celebrate the 10th
anniversary of the station being on air. Created and animated by Tsuneo
Gōda,
Domo was formed out of sketches of shapes while Gōda was brainstorming
for a mascot. The character received its name from the announceer’s
introduction to the second airing of the animation: “dōmo, konnichiwa”
(どうも、こんにちは?), which roughly translates to “Well, hello there!”
On The Web
Threads about Domo were posted on Japanese imageboard 2channel as early as 2001, showing up in ASCII forms
on the site. The same year, Domo began appearing in Newgrounds flash
animations. On December 16th, 2002, a collaboration game between
Newgrounds founder Tom Fulp and the site i-Mockery.com, was released
entitled Domo-Kun Angry Smashfest. That week, it was voted as the Weekly User’s Choice game.
Domo’s Personal History
According to his mythology,
Domo was hatched from an egg and lives underground with a rabbit,
Usajii. He loves watching television and is known for passing gas when
he gets nervous. He also has a fear of apples, since his ancestors
became extinct after eating them. He doesn’t speak, he only communicates via low noises that sound like his name.
Spread
Domo was introduced to English-speaking audiences when a photoshopped image of two Domo-kuns chasing kittens appeared on Fark November 28, 2002. It was captioned Every Time You Masturbate, God Kills A Kitten, which became a catchphrase on its own.
The first Domo YTMND was created on July 13th, 2004 and over 150 have been created since. Domo’s official site, DomoNation.com,
was registered on October 31st, 2005. Since then, it has grown to
feature forums, video, news, games and other interactive elements.
Sunday, 12 January 2014
Si Malang Ingin Terbang
Aku adalah seekor burung merpati putih yang elok nan cantik..
Semua mata pernah memujiku, bahkan ingin memilikiku. Dengan
kedua bola mata yang bercahaya penuh oleh keindahan, dengan suaraku yang merdu
seringkali bernyanyi sepanjang hari yang cerah membius siapa saja yang
mendengarnya. Orang yang sedang berjalan menjadi berhenti, burung-burung yang
sedang menari indah pada lukisan langit menjadi hinggap, hanya untuk
mendengarkan suaraku yang merdu dan parasku yang elok ini.
Kedua sayapku berlapisi emas perak berkilauan, bulunya halus
selembut sutra, berwarna putih bersih tanpa setitik noda, tiada yang mampu
membuat noda sekecil apapun pada sayap indahku ini.
Tak ada satu orang pun yang mampu menyentuhku, terlebih
manusia, burung sejenisku pun tidak ada yang berani mendekatiku, melukis
segaris harapan pada bulu halusku ini. Tidak ada.
Mereka hanya mampu terbang disekelilingku, mengepak-ngepakan
sayapnya pada tangkai pohon di dekatku, memandang dari kejauhan, mencari
perhatianku.
Pernah aku meminta, pernah aku berharap, inginnya aku
terbang bebas di angkasa ke seluruh bagian lekukan-lekukan dunia yang
samasekali belum pernah aku lihat, inginnya aku menyapa sapaan kata hai mereka
kembali dan terbang tinggi sesukaku. Hmm, hanya mampu membayangkan pada ruang
lingkup sesempit ini saja.
Percuma aku memiliki sayap indah seperti ini. Tidak
berfungsi. Hanya menjadi bahan pujian dan kekaguman semua orang yang
melihatnya. Sayap indah yang aku miliki, tidak mampu terbang jauh mengitari
seluruh bagian permukaan bumi.
Manamungkin bisa? Ya, Karena aku hanyalah seekor burung
dalam sangkar emas.
Subscribe to:
Posts (Atom)