Lagi, dan lagi. Cucuran air mata deras
mengalir melewati meronanya pipi. Aliran deras air mataku tidak seberapa dengan
derasnya kepingan hati ini, yang berjatuhan, terinjak, terlunta-lunta, hingga
benar-benar pecah, berceceran di atas muka, tak tersisa. Dan tak mampu untuk
utuh kembali. Kali ini, rasanya benar-benar sakit. Seperti ada yang sedang
menghujam jantungku, meremas-remas seluruh organ dalamku. Tapi, sakit ini di
dalam, ya.. di dalam, tak terlihat oleh kasat mata. Menusuk dan merasuk
kesedihan diantara kesedihan yang paling dasar. Teguran petir itu menyambar
seketika, mengundang kegelapan, menyapa angin kencang, hingga membawa sang
hujan... menggugurkan dedaunan usang, hingga membawaku kedalam keramaian murka.
Malam yang benar-benar kejam!!!
Melihat dan mendengar sesuatu yang tidak diinginkan, sesuatu yang paling menyedihkan, bahkan sesuatu yang paling ampuh untuk mematikan seluruh ragaku. Kali ini ku rasa adalah titik paling akhir, dimana aku sudah tidak mempunyai banyak cadangan hati lagi. Semuanya sudah hancur, keropos, pecah, dan tak bersisa. Sekarang, bagaimana aku bisa hidup, kembali? Tidak kasihankah kalian padaku, ayah,... ibu?
Melihat dan mendengar sesuatu yang tidak diinginkan, sesuatu yang paling menyedihkan, bahkan sesuatu yang paling ampuh untuk mematikan seluruh ragaku. Kali ini ku rasa adalah titik paling akhir, dimana aku sudah tidak mempunyai banyak cadangan hati lagi. Semuanya sudah hancur, keropos, pecah, dan tak bersisa. Sekarang, bagaimana aku bisa hidup, kembali? Tidak kasihankah kalian padaku, ayah,... ibu?
No comments:
Post a Comment