Itu yang saya rasakan setiap menikmatinya. Entah mengapa. Tapi sepertinya evaluasi diri saya bisa lebih bermakna bersama sang hujan. Lebih sensitif. Terakhir saya menyaksikan pemutaran film dokumenter tentang wajah-wajah masa lalu itu, akhirnya saya dapat penyadaran.
Oleh karenanya, ada hikmah yang bisa saya tarik. Bahwa rekayasa manusia tidak selalu cocok dengan rekayasa Tuhan. Termasuk rekayasa proses jatuh cinta seorang manusia, belum tentu cocok dan benar dalam pandangan Sang Kekasih.
Lalu mengapa kita tidak mencoba berlaku seperti hujan? Riuhnya mengalir seperti irama tasbih, tunduk pada sekenario Allah. Hujan tidak pernah merekayasa jatuhnya. Toh hujan tetap bermanfaat, tetap manis, tetap syahdu.
Thanks Allah, for the rain yg merupakan setitik dari selautan luas cinta-Mu pada kami. Thanks telah mengajari saya mencintai dan memaknai sesuatu. Thanks untuk menjaga saya dalam hikmah. Thanks untuk masalalu yang menuntut saya dewasa. Sebutan syukurku tak sebanding Cinta-Mu..
No comments:
Post a Comment