Thursday, 4 October 2018

PENGALAMAN MASUK DUNIA PELAYARAN AKMI2016



HALLOOOO! Udah lama bngt saya ga nulis di blog lagi. Tiba-tiba aja kepikiran dan ingin cerita lagi. Langsung aja, sesuai dengan judulnya saya mau cerita tentang pengalaman pribadi saya saat ini. Dulu saya sempat cerita pengalaman gagal masuk polwan tahun angkatan 2015, dan sempat nunggu lagi setahun untuk keukeuh pingin jadi polwan tapi tetep gagal karena memang mungkin bukan jalannya disitu. Pupuslah harapan saya disitu dan ga tau arah tujuan mau jadi apa, cita-cita saya dari sejak kecil memang ingin jadi polwan bukan yang lain makanya disitu saya merasa down banget. Tapi, saya nggak pernah memperlihatkan kesedihan itu kepada orangtua saya, saya dibilang tegar disitu dan masih bisa senyum lalu bilang “bukan rezekinya, mungkin tahun depan”, padahal hancur sebenarnya, masa saya mau nunggu satu tahun lagi? Buang-buang waktu! Percuma! Tapi, saya mau ambil pilihan apa? Kuliah? Mau ambil jurusan apa?, Kerja? Kerja dimana?, atau nikah aja? Hmm.. sama siapa?:D absurd bngt kan, makanya saya saranin buat kalian yang baca tulisan ini, terlebih yang masih seusia anak SMA yang lagi bingung nentuin pendidikan selanjutnya harus punya banyak plan dalam hidup kalian, semisal kalau plan A ga tercapai masih ada plan B C dan plan-plan lainnya. Salahnya saya, saya ga punya plan B kalau saya gagal di plan A. So, buat pembelajaran aja ya.

Pindah dari urusan galau karena ga diterima di instansi POLRI, saya ga ada bayangan sama sekali bisa masuk di Akademi Pelayaran. Bahkan saya nggak ngerti pelayaran itu apa dan bagaimana. Awal mulanya, Ayah saya bilang kalau dia dulu sempat ingin kuliah di Akademi Pelayaran di Cirebon, namanya AMC. Tapi karena tidak ada dukungan biaya jadi nggak bisa masuk sana. Terus dia malah nawarin saya masuk situ, dia bilang “sama aja, semi militer ko”. Dari situlah saya mulai browsing di internet dan agak tertarik, karena semi militer-nya itu. Kebetulan ada saudara juga yang lulusan dari Akademi Pelayaran dan sempat tanya-tanya. Tapi dia bukan dari AMC, tapi dari AKMI dan dia menyarankan untuk masuk ke AKMI saja. Dituntunlah saya ke Cirebon untuk lihat-lihat kampusnya dan dikenalkan dengan Taruna disana oleh Saudara saya. Banyak juga diceritain kalo pelayaran tuh gini-gitu ini-itu, dan sebagainya. Sebenernya sih nggak begitu tertarik, tapi dia bilang kalau lulusan dari AKMI juga banyak yang jadi POLISI dan gak tanggung-tanggung jabatannya juga Perwira, lebih tinggi dari Brigadir. “oh, gitu” gumamku, sambil berfikir. Dalam benak saya waktu itu masih terfikir ingin jadi polwan dan kalau saya lulus dari AKMI bisa berpangkat lebih dari cita-cita saya sebelumnya. Gitu. Dan orangtua juga mendukung apapun pilihan saya.

Singkat cerita saya mengikuti beberapa rangkaian tes di AKMI pada Bulan Agustus 2016. Waktu itu saya masuk gelombang 2 dalam penerimaan sipencatar. Sama sih, ada Tes Jasmani, Tes Kesehatan, Tes Akademik dan Psikologi, Tes Wawancara, dsb. Dan tiba saatnya pengumuman waktu itu, melalui website AKMI dan saya dinyatakan LULUS. Ga tau harus seneng, atau harus sedih. Seneng mungkin karena pengalaman baru saya akan dimulai dari detik itu, tapi sedih karena harus jauh dari rumah jauh dari orang tua jauh dari orang-orang tersayang. Sumedang-Cirebon memang bukan jarak yang begitu jauh, tapi lumayan saja memakan waktu sekitar 4-5 jam untuk pulang bertemu dengan keluarga. Saya merupakan anak semata wayang, anak satu-satunya, anak tunggal, nggak punya adik ataupun kakak. Keluarga pun biasa saja, nggak kaya dan berada, malah pas-pasan. Tapi keinginan memang kuat, tekad memang besar, ingin meraih cita-cita ingin meraih mimpi yang begitu besar dan menjadi kebanggan keluarga. Berat rasanya meninggalkan orangtua yang hanya tinggal berdua di rumah, pasti sangat sepi kalau nggak ada saya. Tapi mereka mengijinkan saya untuk pergi meraih mimpi. Mereka bilang, “anak kami memang cuma satu, tapi harus berkualitas.” Tekad saya disitu benar-benar kuat untuk mengkualitaskan diri dan menjadi kebanggaan mereka.

30 Agustus 2016. Pagi pertama di Kota Cirebon; Kota awal perjuangan saya. Dunia saya dimulai dari hari itu, tidak ada orang tua, tidak ada sarapan dibuatkan mama, tidak ada malas-malasan, tidak ada kamar yang biasa jadi tempat ternyaman sepanjang masa. Jam 04:30 WIB sudah bangun, mandi, sholat, sarapan, dan olahraga pagi di asrama. Kegiatan belum terlalu berat karena masih pracatar, dan kegiatan belum aktif dan masih bisa santai-santai di asrama. Saya masuk angkatan ke 30 di AKMI, jumlah kami saat itu 180 orang yang diterima di AKMI, termasuk catir (calon taruni) 17 orang.

1 September 2016. Pengenalan kampus selama 5 hari. Dengan wajah baru, karena rambut harus ukuran 321, udah mirip potongan laki. Sudah mulai terbiasa bangun pagi jam 03:00 WIB. Mandi harus antri karena hanya 1 kamar mandi dalam 1 mess yang isinya 6 orang. 04:30 WIB sudah harus kumpul di depan mess dan bergeser menuju kampus. Ohya, teman-teman satu mess saya itu beda-beda daerah, ada Linasari (biasa dipanggil Olin, dia teman satu kamar dengan saya) dari Tasikmalaya, Reviana (dia ini gemuk, dan parasnya mirip laki-laki, saya kira dia laki-laki loh awalnya, tapi asik ko orangnya) dia dari Solo, Syahda Nunki (orangnya imut kecil dan saya kira ga cocok masuk dunia maritime yang keras gini, tapi tekadnya kuat karena meneruskan perjuangan papa nya yng mantan pelaut juga) dari Sukabumi, Sahrima (dia tinggi dan mantan paskibraka jawa barat, dia bertindak sbg danmess di mess kami) dari Purwakarta, dan satu lagi Kartika Willa (dia tu pendiem banget sih orangnya) dari Bumiayu.

Singkat cerita pada tanggal 18 September kami masuk di tahap MADABINTAL (Masa Dasar Bimbingan Mental) di Kostrad Raider 323 Buaya Putih Banjar selama satu minggu (7 hari). Disana itu kami dibimbing, digembleng, dan dididik oleh pelatih-pelatih dari TNI AD dan juga senior-senior yang terlibat. Pertama kali sampai di pintu gerbang lokasi jam 15:00 WIB disambut dengan hujan deras, kami turun dari bis dan langsung membentuk pleton, saya termasuk dalam Pleton C waktu itu. Kami merangkak, guling-guling, merayap, jalan jongkok, diguyur dengan hujan deras sampai ke lapangan. Sempat capek dan ingin menyerah, tapi ini baru di pintu masuk loh, dan mikir lagi “harus kuat! Harus kuat!” saling menyemangati bersama catir-catir disana. Hingga jarak kurang lebih 2 KM sampailah di lapangan upacara Raider 323 Buaya Putih, dan tiba-tiba hujan deras berhenti. Saya kira selesai penderitaan dan bisa bernafas dulu lah setidaknya, tiba-tiba saja membludak seperti bom yang dilemparkan ke langit dan beberapa ledakan peluru menembus langit dan teriakan-teriakan pelatih menginstruksikan untuk merayap, jungkir, merangkak diatas lumpur di lapangan tersebut. Huff, lelah sih capek sih tapi seru ko wkwk. Pengalaman yang bener-bener nggak mungkin bisa dilupain. Disana saya ga pernah memikirkan hal apapun kecuali kegiatan disana yang sangat menyita waktu selama satu minggu, nggak mikirin orangtua nggak mikirin kangen mama ataupun apa. Seminggu bener-bener full kegiatan yang menyita waktu dan menguras tenaga. Tidurpun sekitar 1-2 jam saja per hari. Diganggu malam-malam sudah biasa, pakai pistol tembak di sekitar barak dan harus cepat-cepat kumpul di lapangan dengan atribut lengkap, nggak peduli lagi hujan dingin atau panas, muka udh ga karuan hitamnyaaaa.

Diguling udah biasa, diselang udah biasa, nggak pernah mandi nggak papa, badan bau amis udh biasa, lumpur di baju ga peduli, tidur di barisan antrian ga ada kata malu, denger kata-kata kasar dari pelatih udah ga asing lagi, jalan jongkok makanan sehari-hari, sikap taubat udah biasa, push-up sit-up udah sering, pokoknya dalam jangka waktu satu minggu itulah makanan kita. Sering ngeluh sering pingin bilang gakuat tapi mikir lagi, orang tua keluarin biaya banyak untuk saya disini dididik disiplin jadi pribadi yang kuat dan tangguh, jadi harus semangat. Tidak sedikit juga rekan-rekan saya yang masuk ke KSA (semacam UKS) tapi alhamdulillahnya saya sehat dan nggak pernah sakit disana. Kayak lagunya:

saya tahan sakit-sakit tidak masuk rumah sakit
saya tahan menderita siang malam ku ditempa
walau diriku ditempa hatiku selalu gembira
gembira gembira selamanya

Tiba lah hari dimana masa MADABINTAL kami selesai dan pulang menuju Cirebon lagi, tapi harus long march dulu dari Banjar-Pangandaran. Kaki lecet-lecet, ga karuan. Sekitar 11 km kami tempuh perjalanan jalan kaki, dengan beban berat di punggung, sepatu PDL yang keras buat kaki lecet.

Kelar MADABINTAL lanjut tahap MABINTAL (masa bimbingan mental) selama kurang lebih 2,5 bulan di kampus bersama Senior Angkatan 28. Suka, duka, seneng, sedih, capek, kesal, dongkol kami rasakan ketika selama mabintal berjalan. Dididik oleh senior dan diperkenalkan bahwa dunia kemaritiman tu seperti ini dan dididik hierarki antara Senior-Junior yang harus melekat pada diri setiap Taruna. Banyak pengalaman yang didapat selama 2,5 bulan bersama senior letting, hingga tiba saat dimana kami dilantik menjadi Taruna Muda. Pada tanggal 24 Desember 2016 saya dilantik menjadi Taruna Muda, suasana haru menyelimuti, bertemu dengan orang tua yang sudah lama tidak jumpa, menggunakan seragam kebanggaan yang bisa dilihat oleh Ayah Mama, menjadi pribadi baru yang lebih baik dari pribadi saya sebelumnya. “Taruni kebanggaan ayah mama.” Ucap mereka J haru yang tiada duanya-

Menjadi taruna muda, kemudian taruna madya, banyak omongan-omongan dari sekian dan banyak orang yang bilang “cewek? Jadi pelaut? Nggak takut?” bahkan banyak senior-senior dari taruna juga bilang hal yang serupa. Sempat menciutkan nyali saya pada saat itu, tapi, balik lagi pada semangat saya, sudah berapa banyak uang yang orang tua keluarkan hanya untuk demi saya kuliah disini? Menjadikan kualitas diri saya yang lebih baik, meninggikan derajat mereka juga, ingat, saya ingat itu lagi. Saya pasti bisa, kuat, dan bisa jaga diri baik-baik di lautan sana.

Sekarang udah tahun 2018, udah 2 tahun saya menjalani pendidikan di AKMI. And soon I’ll be taruna utama… aamiin, nggak kerasa, perjalanan yang singkat tapi penuh perjuangan didalamnya. Banyak pengalaman, banyak perjuangan orang tua, banyak uang yang sudah keluar, dan banyak keringat juga yang sudah terhapus oleh semangat menuju kesuksesan. Saya wanita, tapi tekad saya kuat untuk meningkatkan derajatmu Mama, Ayah.. saya ingin menjadi sukses dengan keringat sendiri, kalian yang beri ilmu kpd saya, dan saya akan beri hasilnya nanti, suatu saat nanti, semoga. Aamiin..

PR dalam waktu dekat ini yaitu saya akan melaksanakan PRALA (Praktek Laut) di kapal. Menjadi deck cadet di kapal selama 1 tahun. Inginnya dapat kapal yang bagus dan nyaman untuk cadet taruni, doakan saja yhaaaa J

Kayaknya segitu dulu deh cerita saya kali ini, udah panjang soalnya, hehe. Next cerita lagi kalau ada sempat. See u on top, ladies!

Saturday, 27 February 2016

Cerita Saat Hujan

Hujan...

Hujan dari akhir tahun belum juga usai hingga akhir Februari ini, dan kali ini aku tertarik untuk menuliskan cerita tentang hujan.

Kemarin, aku menikmati hujan lagi, di meja dekat jendela, dengan secangkir kopi yang membuat mesra, antara aku dan hujan, berdua saja.

Kesendirian lebih mendekatkanku pada hujan. Ketika hujan turun, sebagian orang sibuk menghindarinya, sebagiannya lagi acuh padanya, lain hal nya dengan aku yang senang dengan adanya hujan, karena hujan adalah hal romantis. Aku suka hujan, dan aku gak butuh jaket atau payung, karena aku selalu akan menari ketika hujan turun dibawah rintiknya, menikmati setiap rintik hujan sudah menjadi bagian daripada hidupku hingga suara rintik hujan itu mendenting menjadi syahdu. Aku menyebut hujan sebagai teman bercumbu. Keindahan hujan benar-benar alami ciptaan-Nya, dan akan selalu aku nikmati setiap turunnya.

Selalu ada cerita saat hujan. Aku memang sangat menyukai hujan, terlebih hujan di bulan Juni, sebuah awal dari perkenalan, aku dengan sosok tampan, yang ahir-ahir ini sudah merampas semua perhatianku, hanya padanya. Hariku dan hujan menjadi semakin lengkap ketika si tampan itu hadir. Ternyata, berdua menikmati hujan lebih romantis daripada sendirian. Dan aku harap, hujan di bulan Juni selanjutnya masih tetap jadi milik kita, semoga.

Bicara soal hujan, si tampan pernah bilang begini, "aku iri deh sama hujan." "Mmm.. kok gitu?" Tanyaku. "Liat deh, hujan selalu ingin kembali meski sudah jatuh berkali-kali." Jawabannya mengerutkan dahiku seketika. Hmm.... benar juga sih. Coba deh kalau kita berlaku seperti hujan, meski sudah tahu jatuh berkali-kali tapi ia masih ingin tetap kembali, karena ia tunduk dan patuh pada skenario Tuhan, dan hujan tidak pernah merekayasa keindahannya, mengalir saja apa adanya.

Hujan itu isyarat rindu... ketika aku rindu pada seseorang, terlebih si tampan, hujan selalu saja turun menyapa, mengajakku menari bersama dengannya, maka dari itu aku menyukai aroma hujan, karena selalu mengingatkanku pada kerinduan.

Tapi, ada sebagian orang yang memanfaatkan hujan untuk menutupi tiap air mata yang jatuh di pipinya. Kau tahu? Aku pun begjtu. Hujan juga selalu menemaniku saat bersedih, bahkan ia mampu menutupi kesedihanku. Ketika aku penat dengan kesakitan hidup, aku mengadu pada Tuhan, dan Tuhan menurunkan hujan untukku, -untuk apa?- ketika aku menangis tersedu di bawah derasnya hujan, air mata hujan ternyata lebih deras dibandingkan dengan air mataku. -untuk itu!- tapi belum usai sampai disitu, saat hujan berhasil menenangkan, ada saatnya ia untuk kembali. Kau tahu? Tuhan menggantikannya dengan pelangi yang sangat indah untukku dan membangkitkan lagi semangatku. Kau mengerti apa yang ku maksud? Sungguh, betapa hebat kebesaran-Nya.

Hmm... dari tadi sore hujan belum juga reda sampai larut malam begini, seperti biasa sampai aku tertidur si hujan masih saja menemaniku, entah pukul berapa usai nya, mungkin menunggu sampai aku terlelap dan bermimpi setiap malam, hehe, terimakasih hujan sudah sudi menemaniku terlelap hingga sesering ini. Setiap malam saja, biar aku senang berlama-lama bercumbu denganmu.. karena tidak mungkin aku harus bercumbu dengan si tampan itu, bukan mahramnya, atau belum, hehe, lebih baik dengan hujan saja bukan?

Pada intinya, aku menyukai hujan secara keseluruhan. Bagaimana cara ia turun menyiram bumi penuh kelembutan, bagaimana cara ia mengalun dengan suara rintik hujan yang syahdu, bagaimana cara ia menemaniku dengan tarian konyol tapi asyik, bagaimana ia membuat kesedihan menjadi bahagia, bagaimana cara ia menemani setiap malam dengan cara yang romantis, dan bagaimana cara ia kembali pada-Nya dengan patuh. Aku menyukainya.

Wednesday, 6 January 2016

Apa Ini Jatuh Cinta?





Aku sempet mikir, "apa dia segelisah aku ini?" Tapi, mungkin tidak yaa....

Sebenarnya aku takut menuliskan ini, karena takut terbaca oleh orang yang aku maksud, tapi, aku hanya ingin meluapkannya meski hanya dalam pena.

Hmm... ternyata, rasa ini benar adanya, benar menggebu-gebu namun masih dapat aku kendalikan dengan baik, meski saat sendiri masih belum dapat terkendali, tapi tak apa, yang paling penting ketika dihadapanmu aku tak seperti itu, berlagak tidak ada apa-apa dan aku baik-baik saja.

Pertemuan singkat itu memenuhi ruang fikirku saat ini, bahkan hal lain dalam fikirku tidak nampak, yang nampak hanya pertemuan kemarin. Entah kenapa aku ini, untuk hanya sekadar duduk santai didepanmu meski dalam hati tak karuan bagaimana jasadnya, ditemani secangkir coffee float dngn cuaca dingin makin dingin saja, tapi dengan obrolan-obrolan kecil yang menghangatkan, aku sudah dibuat begini. Bagaimana lagi bila...........

Ohiya, kamu tahu? Setiap detik waktu yang terlewat begitu aku nikmati, meski sesingkat itu. Tapi entah kenapa, aku tidak kuasa untuk berlama-lama menatapmu. Selalu saja ku palingkan muka. Apa aku sebodoh itu? Menatapmu saja aku tak mampu, padahal itu yang aku inginkan sedari dulu.

Aku nggak tahu rasa apa ini, yang paling jelas aku dibuat gelisah tak karuan saat ini.
Apa ini..........
.
.
.
jatuh cinta?

Saturday, 27 June 2015

Pengalaman Masuk Casis Anggota POLRI TA 2015


       Hai, saya mau cerita pengalaman saya waktu ikut tes seleksi calon anggota POLRI TA 2015 kemarin nih. Saya ikut seleksi calon brigadirnya. “Kenapa kok mau sih cewek pingin jadi polisi? Biasanya kan cowok.” Banyak yang nanya kayak gitu, dan saya cuman bisa jawab “namanya juga cita-cita” ya gak? Iya. Hehehe.

       Oke langsung aja kaliya….. Jadi, buat ikut seleksi calon brigadir polri tuh gak gampang, harus punya skill dasar orang yang sabaran, disiplin, teliti, dan juga tegas. Soalnya kita akan dihadapkan pada banyak tahapan seleksi.

       Untuk seleksi pertama, yaitu administrasi. Segala macemnya berkas-berkas disini tuh lengkap banget. Kalok diitung-itung nyampe 21 berkas yang harus dilengkapi. Terus jangan bosen-bosen nanya sama panitia di polres setempat, pokoknya kita bakalan bolak-balik polres sampek berkas-berkas yang harus dipenuhi itu lengkap. Disinilah dibutuhkan ketelitian, kesabaran, dan semangat juang yang tinggi. Hehehe. Waktu itu saya bolak-balik polres nyampe 5x cuman buat perlengkapan administrasi doang. Perlengkapan administrasi dilaksanakan lumayan lama, dari tanggal 20 April 2015 sampek tanggal 02 Mei 2015. Ohiya, tapi sebelumnya kita harus daftar online dulu di www.penerimaan.polri.go.id

       Selesai administrasi tuh rasanya legaaaa banget, setelah beberapa kali bolak-balik sana-sini, minta tanda tangan sana-sini, fotocopy sana-sini, legalisir juga banyak banget. Akhirnya beresss…. Dan dapat no.ujian 1012/W/0007

       Selesai itu, tanggal 04 Mei 2015 saya brngkt lagi ke polres sumedang buat pakta integritas jam 08:00 WIB. Sempet nunggu lama dan kita diupacarain tiga jam. Semua calon siswa disitu pakek baju putih dan celana item, semua sama. Ohya, waktu itu saya malah pakek celana panjang item padahal banyak cewek yang pakek rok, alhasil buat tes selanjutnya saya disuruh sama ibu polwannya buat pakek rok item. Heeeeeem ribet bener make rok tuh.

       Besoknya, tanggal 05 Mei 2015. Pengulangan pemeriksaan berat badan dan tinggi badan di Brimob Cikeruh. Dari rumah saya berangkat jam 04:30 WIB karena pemeriksaan akan dimulai pukul 05:30 WIB katanya. Dan ternyata macetttt, untungnya udah lumayan deket lokasi, jadi dengan sangat terpaksa saya turun dari mobil dan jalan kaki. Gapapalah, banyak juga yang jalan kaki bukan cuman saya doang. Sampek di lokasi saya celingak-celinguk sendirian nyari temen dari polres sumedang, dan akhirnya ketemu sama mereka. Sempet ada cerita lucu sehabis kumpul bareng anak-anak dari polres sumedang, pas udah disuruh ganti baju pakek kaos oblong putih sama celana pendek putih sama panitia, kita bingung mau ganti dimana, kamar mandi penuh, yauda kita ganti di belakang aula. Hahaha, sempet diliatin banyak cowo. Yakepaksa laaah, mana disuruh buru-buru juga sama panitianya. Saya bilang gini “Jadi polwan mah malu taro aja dulu dimana. Haha” kita-kita malah ketawa-ketawa.

       Darisitu kita langsung masuk ke aula dan mulai pemeriksaan. Tinggi badan minimal tahun ini tuh kalok cewek harus 160cm, saya mah 164cm jadi aman. Kalok berat badan sih ngikutin, yang penting tinggi badan dulu katanya gitu.

       Selanjutnya masuk ke tahap kesehatan pertama. Hari Kamis, tanggal 21 Mei 2015. Lokasinya di Biddokkes Polda Jawa Barat, jalan BKR no. 181 Astanaanyar Kota Bandung.

       Dari hari Rabu sore saya berangkat dari rumah bareng ibu&ayah. Kita ngekost dulu semalem ceritanya disana, biar gakesiangan krn jam 5:00 WIB harus udah kumpul disana. Bukannya tidur nyenyak persiapan tes kesehatan pertama, eeeh malah susah tidur. Mana panas udaranya, terus banyak nyamuk. Hwaaaa pokoknya semaleman gabener-bener tidur. Takut kena dampak ke kesehatan dong. Tapi ya gimana lagi? Jam 04:00 WIB saya bangun krn alarm henpon bunyi, saya bangun dgn santainya. Hah, sial! Jam segini aja ngantuk, nyamuk juga ilang dan mulai dingin! Sabaaaaaar, dan ahirnya maksain ke kamar mandi terus siap-siap.

       Jam 05:00 WIB udah nyampe di lokasi dan langsung baris rapi. Disana ketemu banyak temen, yang tadinya cuman temenan sepolres doang, jadi banyak kenalan dari berbagai daerah di Jawa Barat, duh senengnya. Disana kita dibagi beberapa kelompok yang terdiri dari 10 orang per kelompoknya. Saya kebagian kelompok 6 dan nomor urut 4689.

       Tes kesehatan pertama tuh kita diperiksa organ luar tubuh kita doang, dari mulai mata, hidung, telinga, gigi, jerawat, postur tubuh, varises, bentuk kaki, wasir, vagina, dan semacamnya. Alhamdulillahnya, tes kesehatan pertama ini saya lolos meskipun dengan nilai seadanya, hahaha, iya saya cuman dapet nilai kesehatan 55.

       Selanjutnya tanggal 27 Mei 2015 jam 13:00 WIB udah kumpul di Gor C-Tra Arena Cikutra buat tahap selanjutnya yaitu tahap psikotes saya dapet no ujian 2137. Sialan, jam 10:00 WIB saya sudah nyampe di lokasi dan harus nunggu lama, dan kalian tau? Mulai tes psikotesnya jam 17:00 WIB!!!! Kzlkzlkzl. Harkos tuh nyakitin ya? Zzzz eh, kok baper. Hehe. Kalian tau kan soal-soal psikotes tuh macemnya kayak gimana? Dan itu dikerjain malem-malem nyampek selesai jam 24:00 WIB!!! Perjuangan berat buat ngerjainnya juga, dingin, laper, mules, segala macemnya kerasa. Hehehe. But its so awesome moment.

       Besoknya langsung diumumin, jam 07:00 WIB kita udah dikumpulin di depan Gor dan masuk Gor jam 07:30 WIB. Dan pengumuman hasilnya jam 15:30 WIB. Haha. tapi, alhamdulillahnya saya lolos lagi, dngn nilai 66.

       Beres dari situ, langsung dapet nomor ujian buat tes akademik 0169. Ujian akademik dilaksanakan tanggal 01 dan 02 Juni 2015. Sedih banget, saya gabisa ikut perpisahan SMA. Tapi gapapalah, yang penting urusin cita-cita dulu. Banyak doa, banyak harepan, banyak juga yang dukung, jadi saya harus berhasil. Gitu.

-  Hari pertama tes B. Indonesia dan B. Inggris, masing-masing 100 soal dalam waktu 90 menit. Welldone.

-  Hari kedua tes Pengetahuan Umum mencakup IPA, IPS, dan Matdas. 100 soal dalam waktu 120 menit. Welldone.

       Sorenya di hari kedua, pengumuman kelulusan tes akademik. Nilai saya, Indonesia 24, Inggris 65, PU 55. Nilai calon siswa semuanya pada jelek, gada saya liat nilainya yg lebih dari 65. Kenapa ya? Indonesia yang saya pikir paling gampang tapi gakada nilai yg lewat dari 30. Ahirnya dapet rata-rata 47,15. Amaaaan katanya. Yasemoga aja. Tapi ternyata nilai tuh diakumulasikan dari pertama pas kesehatan pertama, duh degdegan nih. Nilai kes pertama saya kan jelek, tapi bismillah ajaaaa. Ahirnya saya lolos lagi, masuk kuota, dan masuk ranking 152. Kuota saat ini udah nyampe 252 dari beribu-ribu calon siswa. Syukur saya udah nyampe sejauh ini.

       Selanjutnya, tes kesehatan dua. Terdiri dari dua tahap, yang pertama tes kesehatan jiwa dan kedua tes laboratorium. Dilaksanakan di Biddokkes Polda Jabar tanggal 04 Juni 2015 dan 06 Juni 2015. Saya dapat grup C dan no ujian 1552. Jam 05:00 WIB saya udh sampe di lokasi dan baris rapi seperti biasa, dan mulai pemeriksaan. Hari pertama tes keswa berjalan dengan lancar, banyak teman saya yang diulang beberapa kali, entah apa alasannya, saya tidak tau. Beruntung saya tidak, karena mengerjakan soal tes keswa tuh gak gampang, ada 533 soal. Bayangkaaaan…. Hahaha.

       Hari selanjutnya tes laboratorium, disini yang diperiksa yaitu ekg, urine, rontgen, dan darah. Pada waktu tes darah, sampek ada yang pingsan, saya juga sempet pusing tapi masih bisa diatasi. Saya kira tes tahap ini lancar.

       Banyak doa terus dipanjatkan dan berharap semoga diberi kelancaran, krn saya tau persaingan sudah mulai ketat. Sudah banyak yang digugurkan dan saya masih bertahan sejauh ini. Alhamdulillah.

       Tes kesehatan kedua saya kira berjalan lancar. Saya tenang, sangat tenang, karena saya dari awal sudah pernah check up dulu di suatu klinik berbasis TNI dan polri, dan saya dinyatakan sehat, tidak ada penyakit ataupun kelainan apa-apa di dalam tubuh saya. Saya merasa yakin dan bisa melewati tahap ini dengan nilai yang besar.

       Tanggal 08 Juni 2015 pengumuman hasil kesehatan dua di Brimob Cikeruh. Jam 15:00 WIB kita harus udah nyampe dan kumpul di lokasi. Sesampenya di lokasi waktu itu ujan, lumayan deras. Untung udah nyampe lokasi, krn waktu itu saya pakek motor berdua sama mama kan repot kalo keujanan dijalan.

       Lumayan lama kita nungguin hasil kesehatan dua. Jam 23:30 WIB baru bener-bener diumumin. Hah, malem-malem mana dingin, tapi selalu saya nikmati. Ceritanya yang dipanggil namanya itu yang gugur, ternyata banyak juga yang gugur. Pas udah nyampe 60an lebih nama yang dipanggil saya gakesebut tuh cuman pas diahir, saya kesebut. Yatuhaaaan, saya ganyangka. Saya liat di sekeliling temen-temen yang gugur pada nangis, saya bingung kok saya gak bisa ngeluarin air mata sedikitpun, saya tenang bngt disitu, saya malah semangatin temen di depan saya yg sama gugur juga dia, yaudahlahya belum rezekinya, saya pikir gitu. Saya langsung keluar ruangan darisitu tanpa fikir panjang. Diluar udah ada mama yng siap peluk saya, darisitulah saya mulai gabisa nahan air mata, membludak. Saya emosi, saya gabisa banggain dia, saya sedih, krn saya gugur. Tenang, dia bilang gitu, langkah saya masih panjang. Iya. Sejauh ini saya bangga pada diri saya sendiri.

       Sebenernya itu cuman emosi sesaat, ya namanya gugur kan kecewa pasti ada. Yg penting saya udh maksimal, baik itu usaha, doa, dan segala macemnya. Yang nentuin kan Allah, semoga tahun depan saya bisa semangat lagi buat ikut seleksi, tapi jika tidak saya mohon di jalan lain yang lebih baik dan lebih bagus buat saya. Amin.

Kan katanya Tuhan ngejawab doa kita dengan tiga cara,
1. Ya, Saya kabulkan,
2. Nanti, Saya ingin lihat usahamu lebih keras, dan
3. Tidak, Saya punya yang lebih baik.
Semoga….

Kalau saya lolos, habis ini bakalan ada seleksi tahap jasmani dan pantokhir. Terus pendidikan deh.

       Ohya, sebenernya ada temen deket saya dari awal sampek skrng yang masih suka kontekan, dia mah lolos Alhamdulillah. Dia temen deket saya bngt, kita barengan terus kalo tiap tahapan seleksi, namanya Shinta Herlanti. Sebenernya kita udh mimpiin cita-cita kita bareng-bareng, ngomongin soal pendidikan, dan segala macemnya. Haha tapi saya malah gugur. Mudah-mudahan kamu lulus ya sampe ahir, sampe pendidikan nanti. Dan mudah-mudahan kita ketemu lg nanti dilain kesempatan, dan udah sukses masing-masing. Amin.

Thursday, 15 January 2015

(LAGI)

Sampai saat ini, sesak sial ini masih saja terus menggangguku, sengaja membuatku sangat sulit untuk bernafas. Puas kau? Sejauh ini aku masih tetap bertahan, digoyah angin, diterpa hujan, ditampar badai, dipukul waktu. Tak apa. Aku masih bisa berdiri, untuk menunggu. Menilik setiap jarum jam pada pergelangan tanganku yang selalu bergerak berputar ke arah kanan, kemudian menerawang sang kabut begitu pekat, hingga menyulitkan bola mataku untuk memanah tepat, belum terlihat, detik berikutnya, berikutnya, hingga terus seperti itu tak ada habisnya.

Taukah kau, waktuku benar-benar habis karena menunggu. Tidak ada kegiatan lain dalam benakku terkecuali menunggumu dan merindukanmu, berat. Sadarkah? Entah sampai kapan waktuku akan habis selalu dengan akhir yang sia-sia. Apa aku harus berusaha memulai untuk mengejarmu? Tidak hanya menunggu disini, dalam ketidak pastian. Lazimkah? Aku hanyalah seorang perempuan biasa sayang, tidak mungkin aku harus menelan mentah-mentah pekerjaan laki-laki sepertimu?

Hitamnya langit malam melukiskan keraguanku untuk terus mermimpi. Hanya bermimpi, tak ubahnya seperti orang bodoh yang ingin menggapai impiannya dengan hanya tertidur karena sebagiannya juga adalah bermimpi. Hah, bodoh. Mimpi, mimpi, dan mimpi. Diluar batas kesadaran, dan sama sekali bukan kenyataan. Sama definisinya dengan khayalan, tidak berguna, karena pada ujungnya akan membuat kejatuhan yang amat sakit, artinya gagal. Seseorang bermimpi lalu terwujud, tidak semulus itu. Butuh pengorbanan yang luar biasa untuk mewujudkannya menjadi real atau nyata. Maka dari itu aku takut membicarakannya. Bukan karena aku takut untuk bermimpi setinggi langit malam, hanya saja aku takut karena sulit untuk menjangkaunya. Butuh keberanian kuat dan pengorbanan jiwa raga membuatnya menjadi seutuhnya kugenggam, tidak mudah bukan? Aku bukan perempuan hebat seperti itu, sayang. Aku hanyalah sesosok perempuan yang hanya berani menyukaimu dalam kebisuan, tak lebih dari itu. Maafkan aku.

Indahnya kerlip bintang dilangit membuatku tergiur akan keelokannya. Membelai setiap bagian mataku untuk tetap tertuju padanya, mengecup mesra bola mata hitamku penuh kemewahan. Merampas kekagumanku pada sang bintang, merampok keingintahuanku pada cahaya kecil dari langit malam itu, dan mengambil seluruh perhatianku hanya tertuju pada sosok elok dengan kerlip mesra setiap kalinya. Aku terpukau, terpana melihat keindahannya. Membius dan mengajakku untuk berjuang untuk mendapatkannya. Ku coba, dan ia membalasnya dengan baik, selanjutnya, ia membuatku terbang lebih mendekati. Come closer, come closer, and than…. Aku hanya mampu terbang setinggi ini, hanya satu perseribu bagiannya dari tempatmu. Sesak, padahal, rasa ini menggebu, sayang, sungguh. Tapi tidak mungkin aku melihatmu dengan jelas dari kedekatan yang nyata. Hanya mampu disini, jauh, sangat jauh. Sesuatu seperti berbisik kepadaku, “jangan disesali, kamu seharusnya bersenang. Kamu hanya berjuang sendirian mengejarnya, tapi dia hanya berdiam diri menunggumu.” Apa? Dahiku mengkerut, mataku terpejam sangat pekat. Benar, aku hanya berjuang sendirian. Berusaha untuk terbang mensejajarimu, tapi kemampuanku tidak cukup, tapi kamu hanya berdiam diri menungguku seolah-olah menyemangatiku dari kejauhan. Tetapi apa? Tidak ada sedikitpun perjuanganmu terhadapku, turun satu sentimeter dari tempatmu untukku saja tidak. Bodohnya, aku, bodoh. Sadar, karena nyatanya aku tidak setara dengan kedudukanmu.

Thursday, 18 December 2014

BEDA

Kemarin, matahari benar tersenyum lebar
Bersinar menyapu seluruh bagian planet bumi
Memesona
Burung-burung berkelahi dengan kicauan merdu
Kemudian hinggap pada dahan pohon rindang
Menjadikan rumah
Menjadikan istana
Bersandar dan bercumbu bersama dalam sangkar
Putih, damai.

Hari ini, matahari benar bersedih panjang
Mendung menyambar pohon rindang
Berguguran
Bertaburan
Dikoyak kerasnya angin
Burung-burung pamit pergi
Dihembus angin, kicauan terbius sepi
Tinggalkan luka
Tinggalkan duka
Hitam, pekat.

Wednesday, 19 November 2014

Hai, Raja.

Sekitar pukul 00:30WIB, Rabu 19 November 2014. Efek minum kopi tadi sore, kena imbas sampek jam segini belum tidur dan gak mau merem. Bingung mau ngapain, jadi mending publish tulisan di blog yang gak terlalu penting. Tapi tak apalah, inspirasi malem-malem kadang suka banyak yang hinggap, haha. Cmon, start.....

Rasa ini menyiksa, Raja, menyesakkan dada, Raja, begitu juga membuat kegaduhan yang amat berisik, Raja. Mendesak, menyelusup, mencabik-cabik bagian asa yang seringkali rapuh. Faham ataupun tidak, sejujurnya tidak. Berani mencintai, dan berani membuka hati untuk sosok asing yang seringkali hinggap lalu bersemayam, tapi kemudian pergi dan hilang entah kemana seperti lupa ingatan atau lupa jalan pulang, atau bahkan lumpuh saat perjalanan. Bodoh, benar-benar bodoh. Mudah mencintai namun sulit melupakan. Sering sesering-seringnya seperti itu.

Raja, kamu tau? Betapa perihnya menyayat luka yang belum lama sembuh. Sedetik tertutup kemudian terbuka kembali, pahit! Cucuran darah berlumuran diatas permukaan, terinjak, terlunta, tersapu oleh tetesan air mata yang lebih deras. Mengalahkan kepedihan lama, ataupun kepedihan yang baru saja ku buat sendiri.

Hai, kau ingat saat kau pertama kali hinggap disini? Raja? Manis layaknya gula merah bercampur susu coklat yang menggiurkan lidah, tapi, apa, terlalu manis! Membuat mual! Ingin muntah rasanya. Yang manis kadang menjadi pahit, kemudian menilik dengan teliti, manis kembali, satu detik kemudian benar pahitnya. Ah. Apaan itu! Labil. Lama-lama tidak berasa, hambar, tidak menggiurkan lagi, tidak ingin mencicipinya lagi. Kapok.

Bodoh bukan apabila aku merindukan kelabilan itu? Haha. Raja. Namamu masih terpatri disini. Ya, disini. Meski hari ini aku tak tahu ragamu entah sedang berkeliaran dimana.
Sedang mencari rumah yang lebih baik dan lebih layak untuk kau singgahi, barangkali. Atau kau sudah tepat menemukannya, aku tak tahu. Dan sebenarnya aku tidak ingin memperdulikannya, Raja. Tapi bodohnya, asa yang selalu rapuh ini selalu ingin bertanya dan mencari jawabannya. Kapan ragamu akan kembali pulang? Kembali bersemayam, meskipun hanya sesaat lalu pergi lagi, hilang lagi, jauh lagi, lumpuh saat diperjalanan lagi. Biar, aku tak apa. Baik. Tanyaku, apakah rumahku akan menjadi tempat persinggahan terakhirmu nanti, atau hanya tempat peristirahatanmu, saja?

Pernah aku berjanji untuk tidak akan memperdulikanmu lagi, Raja, tapi apa, pada ujungnya aku tidak menemukan titik temu yang pasti. Hanya kembali pada bayangan masalalu lagi yang sesungguhnya hanya sketsa, sketsa yang tidak akan pernah menjadi gambar utuh dan nyata. Kurasa, itu. Maafkan rasa ini, Raja, Aku hanya ingin menjadi Ratu-mu saja, meski hanya sekejap.