HALLOOOO! Udah lama bngt saya ga
nulis di blog lagi. Tiba-tiba aja kepikiran dan ingin cerita lagi. Langsung aja,
sesuai dengan judulnya saya mau cerita tentang pengalaman pribadi saya saat
ini. Dulu saya sempat cerita pengalaman gagal masuk polwan tahun angkatan 2015,
dan sempat nunggu lagi setahun untuk keukeuh
pingin jadi polwan tapi tetep gagal karena memang mungkin bukan jalannya
disitu. Pupuslah harapan saya disitu dan ga tau arah tujuan mau jadi apa,
cita-cita saya dari sejak kecil memang ingin jadi polwan bukan yang lain
makanya disitu saya merasa down banget.
Tapi, saya nggak pernah memperlihatkan kesedihan itu kepada orangtua saya, saya
dibilang tegar disitu dan masih bisa senyum lalu bilang “bukan rezekinya,
mungkin tahun depan”, padahal hancur sebenarnya, masa saya mau nunggu satu
tahun lagi? Buang-buang waktu! Percuma! Tapi, saya mau ambil pilihan apa? Kuliah?
Mau ambil jurusan apa?, Kerja? Kerja dimana?, atau nikah aja? Hmm.. sama siapa?:D
absurd bngt kan, makanya saya saranin
buat kalian yang baca tulisan ini, terlebih yang masih seusia anak SMA yang
lagi bingung nentuin pendidikan selanjutnya harus punya banyak plan dalam hidup
kalian, semisal kalau plan A ga tercapai masih ada plan B C dan plan-plan
lainnya. Salahnya saya, saya ga punya plan B kalau saya gagal di plan A. So,
buat pembelajaran aja ya.
Pindah dari urusan galau karena
ga diterima di instansi POLRI, saya ga ada bayangan sama sekali bisa masuk di
Akademi Pelayaran. Bahkan saya nggak ngerti pelayaran itu apa dan bagaimana. Awal
mulanya, Ayah saya bilang kalau dia dulu sempat ingin kuliah di Akademi Pelayaran
di Cirebon, namanya AMC. Tapi karena tidak ada dukungan biaya jadi nggak bisa
masuk sana. Terus dia malah nawarin saya masuk situ, dia bilang “sama aja, semi
militer ko”. Dari situlah saya mulai browsing
di internet dan agak tertarik, karena
semi militer-nya itu. Kebetulan ada
saudara juga yang lulusan dari Akademi Pelayaran dan sempat tanya-tanya. Tapi dia
bukan dari AMC, tapi dari AKMI dan dia menyarankan untuk masuk ke AKMI saja. Dituntunlah
saya ke Cirebon untuk lihat-lihat kampusnya dan dikenalkan dengan Taruna disana
oleh Saudara saya. Banyak juga diceritain kalo pelayaran tuh gini-gitu ini-itu,
dan sebagainya. Sebenernya sih nggak begitu tertarik, tapi dia bilang kalau
lulusan dari AKMI juga banyak yang jadi POLISI dan gak tanggung-tanggung
jabatannya juga Perwira, lebih tinggi dari Brigadir. “oh, gitu” gumamku, sambil
berfikir. Dalam benak saya waktu itu masih terfikir ingin jadi polwan dan kalau
saya lulus dari AKMI bisa berpangkat lebih dari cita-cita saya sebelumnya. Gitu.
Dan orangtua juga mendukung apapun pilihan saya.
Singkat cerita saya mengikuti
beberapa rangkaian tes di AKMI pada Bulan Agustus 2016. Waktu itu saya masuk
gelombang 2 dalam penerimaan sipencatar. Sama sih, ada Tes Jasmani, Tes Kesehatan,
Tes Akademik dan Psikologi, Tes Wawancara, dsb. Dan tiba saatnya pengumuman
waktu itu, melalui website AKMI dan saya dinyatakan LULUS. Ga tau harus seneng,
atau harus sedih. Seneng mungkin karena pengalaman baru saya akan dimulai dari
detik itu, tapi sedih karena harus jauh dari rumah jauh dari orang tua jauh
dari orang-orang tersayang. Sumedang-Cirebon memang bukan jarak yang begitu
jauh, tapi lumayan saja memakan waktu sekitar 4-5 jam untuk pulang bertemu
dengan keluarga. Saya merupakan anak semata wayang, anak satu-satunya, anak
tunggal, nggak punya adik ataupun kakak. Keluarga pun biasa saja, nggak kaya
dan berada, malah pas-pasan. Tapi keinginan memang kuat, tekad memang besar,
ingin meraih cita-cita ingin meraih mimpi yang begitu besar dan menjadi
kebanggan keluarga. Berat rasanya meninggalkan orangtua yang hanya tinggal
berdua di rumah, pasti sangat sepi kalau nggak ada saya. Tapi mereka
mengijinkan saya untuk pergi meraih mimpi. Mereka bilang, “anak kami memang cuma
satu, tapi harus berkualitas.” Tekad saya disitu benar-benar kuat untuk
mengkualitaskan diri dan menjadi kebanggaan mereka.
30 Agustus 2016. Pagi pertama di
Kota Cirebon; Kota awal perjuangan saya. Dunia saya dimulai dari hari itu,
tidak ada orang tua, tidak ada sarapan dibuatkan mama, tidak ada malas-malasan,
tidak ada kamar yang biasa jadi tempat ternyaman sepanjang masa. Jam 04:30 WIB
sudah bangun, mandi, sholat, sarapan, dan olahraga pagi di asrama. Kegiatan belum
terlalu berat karena masih pracatar, dan kegiatan belum aktif dan masih bisa
santai-santai di asrama. Saya masuk angkatan ke 30 di AKMI, jumlah kami saat
itu 180 orang yang diterima di AKMI, termasuk catir (calon taruni) 17 orang.
1 September 2016. Pengenalan kampus selama 5 hari. Dengan wajah baru, karena rambut harus ukuran 321, udah mirip potongan laki. Sudah mulai terbiasa bangun pagi jam 03:00 WIB. Mandi harus antri karena hanya 1 kamar mandi dalam 1 mess yang isinya 6 orang. 04:30 WIB sudah harus kumpul di depan mess dan bergeser menuju kampus. Ohya, teman-teman satu mess saya itu beda-beda daerah, ada Linasari (biasa dipanggil Olin, dia teman satu kamar dengan saya) dari Tasikmalaya, Reviana (dia ini gemuk, dan parasnya mirip laki-laki, saya kira dia laki-laki loh awalnya, tapi asik ko orangnya) dia dari Solo, Syahda Nunki (orangnya imut kecil dan saya kira ga cocok masuk dunia maritime yang keras gini, tapi tekadnya kuat karena meneruskan perjuangan papa nya yng mantan pelaut juga) dari Sukabumi, Sahrima (dia tinggi dan mantan paskibraka jawa barat, dia bertindak sbg danmess di mess kami) dari Purwakarta, dan satu lagi Kartika Willa (dia tu pendiem banget sih orangnya) dari Bumiayu.
Singkat cerita pada tanggal 18 September kami masuk di tahap MADABINTAL (Masa Dasar Bimbingan Mental) di Kostrad Raider 323 Buaya Putih Banjar selama satu minggu (7 hari). Disana itu kami dibimbing, digembleng, dan dididik oleh pelatih-pelatih dari TNI AD dan juga senior-senior yang terlibat. Pertama kali sampai di pintu gerbang lokasi jam 15:00 WIB disambut dengan hujan deras, kami turun dari bis dan langsung membentuk pleton, saya termasuk dalam Pleton C waktu itu. Kami merangkak, guling-guling, merayap, jalan jongkok, diguyur dengan hujan deras sampai ke lapangan. Sempat capek dan ingin menyerah, tapi ini baru di pintu masuk loh, dan mikir lagi “harus kuat! Harus kuat!” saling menyemangati bersama catir-catir disana. Hingga jarak kurang lebih 2 KM sampailah di lapangan upacara Raider 323 Buaya Putih, dan tiba-tiba hujan deras berhenti. Saya kira selesai penderitaan dan bisa bernafas dulu lah setidaknya, tiba-tiba saja membludak seperti bom yang dilemparkan ke langit dan beberapa ledakan peluru menembus langit dan teriakan-teriakan pelatih menginstruksikan untuk merayap, jungkir, merangkak diatas lumpur di lapangan tersebut. Huff, lelah sih capek sih tapi seru ko wkwk. Pengalaman yang bener-bener nggak mungkin bisa dilupain. Disana saya ga pernah memikirkan hal apapun kecuali kegiatan disana yang sangat menyita waktu selama satu minggu, nggak mikirin orangtua nggak mikirin kangen mama ataupun apa. Seminggu bener-bener full kegiatan yang menyita waktu dan menguras tenaga. Tidurpun sekitar 1-2 jam saja per hari. Diganggu malam-malam sudah biasa, pakai pistol tembak di sekitar barak dan harus cepat-cepat kumpul di lapangan dengan atribut lengkap, nggak peduli lagi hujan dingin atau panas, muka udh ga karuan hitamnyaaaa.
Diguling udah biasa, diselang udah biasa, nggak pernah mandi nggak papa, badan bau amis udh biasa, lumpur di baju ga peduli, tidur di barisan antrian ga ada kata malu, denger kata-kata kasar dari pelatih udah ga asing lagi, jalan jongkok makanan sehari-hari, sikap taubat udah biasa, push-up sit-up udah sering, pokoknya dalam jangka waktu satu minggu itulah makanan kita. Sering ngeluh sering pingin bilang gakuat tapi mikir lagi, orang tua keluarin biaya banyak untuk saya disini dididik disiplin jadi pribadi yang kuat dan tangguh, jadi harus semangat. Tidak sedikit juga rekan-rekan saya yang masuk ke KSA (semacam UKS) tapi alhamdulillahnya saya sehat dan nggak pernah sakit disana. Kayak lagunya:
saya tahan sakit-sakit
tidak masuk rumah sakit
saya tahan menderita siang malam ku ditempa
walau diriku ditempa hatiku selalu gembira
gembira gembira selamanya
saya tahan menderita siang malam ku ditempa
walau diriku ditempa hatiku selalu gembira
gembira gembira selamanya
Tiba lah hari dimana masa MADABINTAL kami selesai dan pulang menuju Cirebon lagi, tapi harus long march dulu dari Banjar-Pangandaran. Kaki lecet-lecet, ga karuan. Sekitar 11 km kami tempuh perjalanan jalan kaki, dengan beban berat di punggung, sepatu PDL yang keras buat kaki lecet.
Kelar MADABINTAL lanjut tahap MABINTAL (masa bimbingan mental) selama kurang lebih 2,5 bulan di kampus bersama Senior Angkatan 28. Suka, duka, seneng, sedih, capek, kesal, dongkol kami rasakan ketika selama mabintal berjalan. Dididik oleh senior dan diperkenalkan bahwa dunia kemaritiman tu seperti ini dan dididik hierarki antara Senior-Junior yang harus melekat pada diri setiap Taruna. Banyak pengalaman yang didapat selama 2,5 bulan bersama senior letting, hingga tiba saat dimana kami dilantik menjadi Taruna Muda. Pada tanggal 24 Desember 2016 saya dilantik menjadi Taruna Muda, suasana haru menyelimuti, bertemu dengan orang tua yang sudah lama tidak jumpa, menggunakan seragam kebanggaan yang bisa dilihat oleh Ayah Mama, menjadi pribadi baru yang lebih baik dari pribadi saya sebelumnya. “Taruni kebanggaan ayah mama.” Ucap mereka J haru yang tiada duanya-
Menjadi taruna muda, kemudian taruna madya, banyak omongan-omongan dari sekian dan banyak orang yang bilang “cewek? Jadi pelaut? Nggak takut?” bahkan banyak senior-senior dari taruna juga bilang hal yang serupa. Sempat menciutkan nyali saya pada saat itu, tapi, balik lagi pada semangat saya, sudah berapa banyak uang yang orang tua keluarkan hanya untuk demi saya kuliah disini? Menjadikan kualitas diri saya yang lebih baik, meninggikan derajat mereka juga, ingat, saya ingat itu lagi. Saya pasti bisa, kuat, dan bisa jaga diri baik-baik di lautan sana.
Sekarang udah tahun 2018, udah 2 tahun saya menjalani pendidikan di AKMI. And soon I’ll be taruna utama… aamiin, nggak kerasa, perjalanan yang singkat tapi penuh perjuangan didalamnya. Banyak pengalaman, banyak perjuangan orang tua, banyak uang yang sudah keluar, dan banyak keringat juga yang sudah terhapus oleh semangat menuju kesuksesan. Saya wanita, tapi tekad saya kuat untuk meningkatkan derajatmu Mama, Ayah.. saya ingin menjadi sukses dengan keringat sendiri, kalian yang beri ilmu kpd saya, dan saya akan beri hasilnya nanti, suatu saat nanti, semoga. Aamiin..
PR dalam waktu dekat ini yaitu saya akan melaksanakan PRALA (Praktek Laut) di kapal. Menjadi deck cadet di kapal selama 1 tahun. Inginnya dapat kapal yang bagus dan nyaman untuk cadet taruni, doakan saja yhaaaa J
Kayaknya segitu dulu deh cerita
saya kali ini, udah panjang soalnya, hehe. Next cerita lagi kalau ada sempat. See
u on top, ladies!