Saturday, 27 February 2016

Cerita Saat Hujan

Hujan...

Hujan dari akhir tahun belum juga usai hingga akhir Februari ini, dan kali ini aku tertarik untuk menuliskan cerita tentang hujan.

Kemarin, aku menikmati hujan lagi, di meja dekat jendela, dengan secangkir kopi yang membuat mesra, antara aku dan hujan, berdua saja.

Kesendirian lebih mendekatkanku pada hujan. Ketika hujan turun, sebagian orang sibuk menghindarinya, sebagiannya lagi acuh padanya, lain hal nya dengan aku yang senang dengan adanya hujan, karena hujan adalah hal romantis. Aku suka hujan, dan aku gak butuh jaket atau payung, karena aku selalu akan menari ketika hujan turun dibawah rintiknya, menikmati setiap rintik hujan sudah menjadi bagian daripada hidupku hingga suara rintik hujan itu mendenting menjadi syahdu. Aku menyebut hujan sebagai teman bercumbu. Keindahan hujan benar-benar alami ciptaan-Nya, dan akan selalu aku nikmati setiap turunnya.

Selalu ada cerita saat hujan. Aku memang sangat menyukai hujan, terlebih hujan di bulan Juni, sebuah awal dari perkenalan, aku dengan sosok tampan, yang ahir-ahir ini sudah merampas semua perhatianku, hanya padanya. Hariku dan hujan menjadi semakin lengkap ketika si tampan itu hadir. Ternyata, berdua menikmati hujan lebih romantis daripada sendirian. Dan aku harap, hujan di bulan Juni selanjutnya masih tetap jadi milik kita, semoga.

Bicara soal hujan, si tampan pernah bilang begini, "aku iri deh sama hujan." "Mmm.. kok gitu?" Tanyaku. "Liat deh, hujan selalu ingin kembali meski sudah jatuh berkali-kali." Jawabannya mengerutkan dahiku seketika. Hmm.... benar juga sih. Coba deh kalau kita berlaku seperti hujan, meski sudah tahu jatuh berkali-kali tapi ia masih ingin tetap kembali, karena ia tunduk dan patuh pada skenario Tuhan, dan hujan tidak pernah merekayasa keindahannya, mengalir saja apa adanya.

Hujan itu isyarat rindu... ketika aku rindu pada seseorang, terlebih si tampan, hujan selalu saja turun menyapa, mengajakku menari bersama dengannya, maka dari itu aku menyukai aroma hujan, karena selalu mengingatkanku pada kerinduan.

Tapi, ada sebagian orang yang memanfaatkan hujan untuk menutupi tiap air mata yang jatuh di pipinya. Kau tahu? Aku pun begjtu. Hujan juga selalu menemaniku saat bersedih, bahkan ia mampu menutupi kesedihanku. Ketika aku penat dengan kesakitan hidup, aku mengadu pada Tuhan, dan Tuhan menurunkan hujan untukku, -untuk apa?- ketika aku menangis tersedu di bawah derasnya hujan, air mata hujan ternyata lebih deras dibandingkan dengan air mataku. -untuk itu!- tapi belum usai sampai disitu, saat hujan berhasil menenangkan, ada saatnya ia untuk kembali. Kau tahu? Tuhan menggantikannya dengan pelangi yang sangat indah untukku dan membangkitkan lagi semangatku. Kau mengerti apa yang ku maksud? Sungguh, betapa hebat kebesaran-Nya.

Hmm... dari tadi sore hujan belum juga reda sampai larut malam begini, seperti biasa sampai aku tertidur si hujan masih saja menemaniku, entah pukul berapa usai nya, mungkin menunggu sampai aku terlelap dan bermimpi setiap malam, hehe, terimakasih hujan sudah sudi menemaniku terlelap hingga sesering ini. Setiap malam saja, biar aku senang berlama-lama bercumbu denganmu.. karena tidak mungkin aku harus bercumbu dengan si tampan itu, bukan mahramnya, atau belum, hehe, lebih baik dengan hujan saja bukan?

Pada intinya, aku menyukai hujan secara keseluruhan. Bagaimana cara ia turun menyiram bumi penuh kelembutan, bagaimana cara ia mengalun dengan suara rintik hujan yang syahdu, bagaimana cara ia menemaniku dengan tarian konyol tapi asyik, bagaimana ia membuat kesedihan menjadi bahagia, bagaimana cara ia menemani setiap malam dengan cara yang romantis, dan bagaimana cara ia kembali pada-Nya dengan patuh. Aku menyukainya.