Suatu pagi, ketika hujan rintik membasahi bumi kian lama, akhirnya hujanpun turun dengan derasnya. Aku terpaku, menatap jalan raya dihadapanku yang mulai macet karena jalan digenangi air hujan, licin dan menghambat laju kendaraan. Aku mulai beranjak dari tempat duduk halte, hujan tak menyurutkan niatku pagi ini untuk menemui sahabatku Lysna yang tempatnya agak jauh dari rumahku sekitar satu jam perjalanan jika ditempuk menggunakan kendaraan umum.
Ya, Lysna adalah sosok sahabat lamaku dulu semasa aku duduk di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Sembilan tahun lamanya kami bersahabat, suka duka selalu dirasakan bersama. Lysna bagiku bukan hanya sosok sahabat yang baik, tapi ia adalah sahabat yang selalu memahamiku dalam keadaan apapun. Namun, sekarang keadaan sudah lain, kami dipisahkan oleh jarak dan waktu yang memaksa kami untuk berpisah, sekarang kami menuntut ilmu di SMU berbeda tempat. Hingga suatu saat aku dikabari bahwa ia sekarang sedang mengalami sakit dirumahnya usai dirawat di rumah sakit. Karena situasi seperti itu, makanya aku berniat untuk menjenguknya pagi ini.
Sebentar lagi aku sampai di rumahnya, dari halaman rumahnya aku sudah mengucap salam. Terdengar dari dalam rumah ibu Lysna membalas salamku dan mempersilahkan aku untuk masuk.
"Maaf bu, saya dapat kabar Lys sakit. Sekarang bagaimana kabarnya? Saya mohon maaf bu baru menjenguknya sekarang." itu ucapku pada ibunya Lysna.
"Mari masuk, Nak. Lysna ada di kamar sudah tiga hari istirahat di rumah seusai dari rumah sakit, alhamdulillah sekarang udah agak mendingan kok." ucap ibu Lysna kepadaku.
Aku tak sabar, ingin segera menemui Lysna. Akhirnya kutemui Lysna di kamarnya yang seakan tergolek lemah. Aku tak sadar, kulempar tasku langsung mendapati Lysna yang sedang berbaring di kasur. Aku tak bisa berkata-kata, kupeluk Lysna erat-erat, ku cium dahinya penuh keakraban.
"Lys, maafkan aku. Aku jarang sekali menemuimu, dan sekarang aku baru datang ketika kamu sedang sakit."
"Gakpapa Ratih, aku juga paham dengan keadaan kita sekarang yang sibuk dengan urusansekolah kok." ucap Lys yang selalu bijak menyikapi.
"Aku kangen sama kamu, Lys." ucapku sedikit berkaca-kaca.
"Aku juga." Lys memelukku.
Tak terasa, hari beranjak sore. Cukup rasanya aku menumpahkan rasa kangenku pada Lysna, meski dalam keadaan sakit, kami berdua larut dalam cerita-cerita lama. Tapi aku bersyukur, Lysna sekarang kelihatan sudah agak sembuh. Untuk beberapa hari pasti sudah pulih kembali, semoga..
Kuputuskan untuk pulang, dan pamit pada Lysna dan keluarganya.
Sepanjang kepulanganku ke rumah tempat tinggalku, aku mulai memahami betapa pentingnya arti sebuah persahabatan. Karena dengan jalinan persahabatan, meski dipisahkan jarak dan waktu itu tidak menjadikan suatu halangan. Karena persahabatan yang dijalin dengan baik akan menumbuhkan sikap pribadi kita yang baik, yang akan dipelihara sampai akhir jaman.
Monday, 29 September 2014
Saturday, 27 September 2014
Anda dan Saya.
Bayangkan, Anda melihat langit di halaman rumah Anda pada malam hari yang cerah dan langit dipenuhi bintang. Anda melihat diri Anda terbang ke luar angkasa dan dengan cepat Anda sudah melihat sistem tata surya. Anda melihat planet kecil berwarna biru tempat tinggal Anda. Lalu menjauhlah lagi melewati jutaan, miliaran tata surya lainnya. Sekarang Anda melihat galaksi Bima Sakti dengan miliaran tata surya. Anda melihat galaksi lainnya. Menjauhlah, lebih jauh lagi. Sekarang Anda melihat ratusan, ribuan, jutaan, miliaran galaksi di alam semesta. Ini baru sebagian alam semesta ciptaan Tuhan. Dimana bumi rumah kita? Ada dalam debu galaksi yang bernama Bima Sakti. Dimana negara Anda? Dimana kota tempat tinggal Anda? Dimana rumah Anda? Lihatlah betapa kecilnya manusia dibandingkan dengan alam semesta. Bagaimana mungkin saya berani membanggakan diri, menyombongkan diri. Bagaimana mungkin saya juga berani meremehkan diri sendiri. Saya adalah ciptaan Tuhan. Apakah ada yang lebih luar biasa lagi dari alam semesta? Ya, itulah Anda dan saya.
Subscribe to:
Posts (Atom)